Total Tayangan Halaman

Sabtu, 01 Oktober 2011

Perhatikan Batin Kita !

Setiap manusia tentu memiliki batin, atau ada yang menatakan sebagai jiwa atau rohani yang merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan seseorang. Bukan karena ia memberikan udara dan bentuk pernafasan lainnya, tetapi dalam hal ini dapat membantu perkembang emosional seseorang. 
Dalam agama Buddha, Jiwa atau batin ini disebut Nama yang terbagi menjadi vedana (perasaan), vinnana (kesadaran), sankhara (bentuk-bentuk pikiran), sanna (pencerapan). Namun satu hal yang pasti, semua itu tidaklah kekal. Bukan berarti ada pendapat bahwa semu ahal ini nantiya akan dilanjutkan dalalm kehidupan berikutnya, yang dimaksud tidak kekal disini adalah semua bentuk nama itu selalu berubah-ubah, perasaan terkadang senang atau sedih selalu berubah silih berganti, begitu pula dengan kesadaran, bentuk-bentuk pikiran dan pencerapan, semua selalu berubah-ubah sesuai kondisi dan keadaan yang kita terima dari luar yang diterima oleh indera kita yang disebut Rupa atau bentuk jasmani. 

Dengan hal inilah maka sebenarnya kesulitan dalam kehidupan kita sebenarnya terbagi menjadi dua, kesulitan dalam menerima segala sesuatu dari indra tubuh kita, juga proses berat yang kita terima setelah menerima rangsangan melalui batin kita yang selalu bergejolak. Selalu berubah dan tidak pasti dengan kondisi yang kita terima. Padahal orang-orang selalu menganggap bahwa batin kita memiliki dasar yang sangat baik untuk bertahan dalam kondisi apapun, karena pandangan yang kita miliki dapat menguatkan jiwa atau batin kita lebih baik. Tetapi sadarkah bahwa semua yang kita miliki di dunia ini berasal dari sekeliling kita juga, semua kebiasaan yang kita miliki dan kita serap karena menerima dari luar, misalnya kita menangis ketika sedih dan terharu, itu bukanlah bawaan dari kita lahir, karena sebenarnya semua hal yang menjadi dasar dalam hidup kita terekam dengan baik dalam batin kita, sehingga segal respon yang muncul tentu berdasarkan masukan sebelunmnya. 

Batin tentu lebih penting daripada keadaan diri kita sebenarnya, karena dengan mengisi hal-hal yang baik dalam batin kita, kita dapat merespon hal-hal buruk lainnya yang kita terima dari indra kita dapat diproses dengan lebih baik, misalkan kita memberikan kebiasaan rasa optimis, semangat, dan penuh kebahagiaan. Tentulah kita dapat merespon segala sesuatu hal dengan optimis, semangat dan tenang dengan senyum. 

Pada masa ini, seseorang lebih mementingkan memuaskan indranya tanpa memperdulikan batin dan jiwanya, padahal batin memerlukan perhatian dan makanan kebaikan yang paling utama agar kita dapat menjalani hidup dengan baik. Dengan ajaran agama tentang kebaikan, ajaran optimsitis dari berbagai sumber dan rasa semangat yang dapat kita ciptakan dengan baik dalam menuju kehidupan yang lebih baik. Maka sepantasnya kita semua sekarang harus kembali memperhatinkan diri kita yang paling dalam, apakah sudah bahagia seutuhnya? apakah sudah mengenal kebaikan seutuhnya? atau justru kita menjerumuskan pada hal yang tidak baik dalam kehidupan ini.