Setiap orang pastinya memiliki sebuah
harapan dan cita-cita yang sangat ingin ia capai di dalam hidupnya. Teringat
ketika saya masih di bangku SD, seorang guru bertanya apakah cita-cita kami
ketika besar nanti? Ada yang menjawab ingin menjadi polisi karena sangat gagah
dan mengidolakan sosok yang membasmi kejahatan, ada juga yang mengaku ingin
menjadi dokter supaya bisa menyembuhkan orang-orang yang sakit. Saat itu
jawaban yang muncul dari mulutku adalah menjadi seorang Juara Dunia
bulutangkis. Karena kegemaran yang sepertinya sudah mendarah daging, olahraga
yang kumainkan dan kupelajari bahkan sebelum aku masuk SD itu. Menonton para
atlet bertanding di televisi saja membuatku seperti terbakar api semangat untuk
terus berusaha menggapai cita-citaku. Namun itulah cita-cita ketika kecil,
belum tentu dapat kita gapai seperti yang kita harapkan. Jalan hidup ini tidak
mudah untuk menjadi lurus, semua tidak bisa semudah membalik telapak tangan.
Nyatanya kini aku bukan seorang atlet yang sedang bertanding di Copenhagen
untuk memperebutkan Juara Dunia Bulutangkis 2014 seperti Tomy Sugiarto dan yang
lainnya. Aku kini menjadi seorang guru seperti ayahku, hanya saja jika ayahku
mengajar di kota kecil kelahiranku dan aku kini mengajar di Ibukota Negara
tercinta ini. Cita-citaku ku ubah sejak SMA dulu ketika aku tahu cita-citaku terlalu
berat untuk kulalui dalam keluarga sederhana dan semangat yang kumiliki pun terus
tergerus.
Tapi bukan berarti aku sekarang
menyesal dan bersedih karena menjadi guru, aku sadar bahwa menjadi sesorang
guru adalah sebuah kehormatan yang sangat besar. Kini kurasakan bagaimana
perasaan ayahku dulu walaupun bergaji tidak begitu tinggi tetapi saat melihat
muridnya bahagia dan sukses adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Maka akupun
kini berusaha mengamalkan cita-cita luhur bangsa ini “Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Miris memang dengan nasib
pendidikan bangsa ini yang masih belum menemukan tonggak besar pendidikan. Tapi
seperti cita-cita kita semua saat kecil bangsa ini pun punya cita-cita yang
besar. Memang dulu aku pernah tertawa dan setuju dengan temanku yang mengatakan
“pindah saja kita ke negeri lain, Negara ini
sudah hancur dan tidak akan maju” karena melihar korupsi dimana-mana,
pendidikan terus berganti konsep dan membuat harapan dan cita-cita sebagian
orang pun pupus karena kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
yang sebagian orang bilang “tidak jelas”.
Namun begitulah sebuah Impian, tidak mungkin semua begitu mudah dan jelas untuk
menggapai cita-cita sebuah bangsa yang cerdas.
Sebagai guru pun kini aku sadar, bahwa
semua orang bisa menjadi bagian dalam menggapai sebuah Impian yang kita
dambakan. Seandainya saja dulu aku tak menyerah menggapai impian menjadi atlet
bulutangkis dan berusaha sekuat tenaga, mungkin aku sekarang sedang di Denmark
bersama para atlet Dunia. Semoga saja bangsa ini tidak menyerah seperti
bodohnya diriku ini. Apalagi ketika melihat teman-teman seangkatanku dulu yang
tidak menyerah hingga berhasil menggapai cita-cita mereka. Mungkin memang karma
baik lebih mendukung mereka sedangkan karmaku tidak mendukung ku untuk
menggapai cita-cita. Sama halnya ketika aku berharap pendidikan di bangsa ini
bisa menciptakan bangsa Indonesia yang lebih baik. Aku pun berharap bisa
menjadi bagian kumpulan yang tidak menyerah untuk menciptakan kehidupan yang
lebih baik untuk bangsa ini, berhenti berkata bahwa “korupsi sudah mendarah daging, sudah tradisi” atau mungkin “untuk apa pendidikan tinggi?”. Aku memang bukan seorang pejabat,
atau seorang jenius yang mampu memberikan sumbangsih besar untuk menggapai
impian bangsa ini. Tetapi, aku yakin setiap orang bisa menjadi bagian dari
kemajuan bangsa ini. Semuanya memiliki perannya, bahkan ketika seorang pengemis
berkata “tolong bantu saya, agar anak
saya bisa sekolah” mungkin sudah cukup melakukan kontribusi untuk kemajuan
bangsa ini.
Tulisan ini pun entah tulisan apa saya
tidak tahu, hahaha. Mungkin hanya sebuah kumpulan kata-kata yang tidak jelas
arahnya dan sulit untuk dimengerti. Tapi aku yakin dalam setiap kata-kata dan
kalimat akan mengandung arti. Mungkin sebuah motivasi untuk mereka yang
berpikir menyerah untuk menggapai cita-cita dan harapan mereka, sebuah
penyadaran untuk melakukan hal yang positif , atau sebagai penyegar saja untuk
dibaca daripada kita melakukan hal buruk lainnya. Andai bisa kugapai, semoga suatu saat
aku bisa menjadi seorang yang turut membantu perkembangan pendidikan bangsa
ini, terpikir untuk mencari beasiswa kuliah master pendidikan dan terus
berkiprah dalam dunia yang kompleks ini. Aku pun berdoa semoga semua pembaca,
sahabat-sahabatku semuanya di seluruh dunia dapat menggapai cita-cita mereka
dan dapat memberikan kontribusi yang baik untuk kehidupan ini.